Tingkat kekerenan Teori Kelompok Bungkam (Muted Group Theory)

Saturday, April 12, 2014

Gw baru nyadar kalo ternyata Muted Group Theory-nya Cheris Kramarae ini keren dan aplikatif banget!

Katanya, wanita sering menerjemahkan bahasa pria (atau bahasa dominan lainnya) ke dalam bahasanya sendiri, yang seringkali maknanya jd jauh berbeda.

Bahasa pria itu namanya "report talk", yaitu..kayak tentara aja..kan suka ngelapor gitu kan ke atasannya "lapor,wc sudah dibersihkan. Laporan selesai!" To the point, maksudnya jelas, mereka ngomong A ya pasti artinya A.

Nah, kalo wanita itu namanya "raport talk". Inget aja klo pembagian rapor SD, suka ada komen2 dr gurunya kan? Komen itu tujuannya untuk menambah interaksi dengan oerang tua murid. Perempuan jg begitu! Bahasa perempuan itu ada maksud untuk menambah keakraban. Basa-basi gitu laaah...biar dekeeet. Suka pakai pengandaian, metafora, ga to the point, sering kehalang ama gengsi,maksudnya ngomong A tp yg diomonginnya B.

Permasalahannya, pria tuh orangnya ga ngerti apa itu basa-basi wanita! Klo wanita ngomong B, ya pria memahaminya sebagai B. Pria mana mau susah-susah ngartiin kata-kata wanita. Ini sering banget membuat wanita salah paham. Wanita sering punya maksud ngomong A, berharap si pria itu jeli dan melakukan B utuk si wanita. Alhasil, jika pria gagal mengerti maksudnya wanita, wanitanya yg ngambek.
"Udah ini kita kemana, sayang?" Rayu si wanita
"Kemana yah? Love hotel aja gimana?" Jawab si pria dengan jujur.
*BLETAK* (kepala si pria digetok palu)
'Gua kan laper! Udah malem gini ga dikasi makan! Kira2 dong kalo ngajak!' Cerca si wanita, dalam hati.

Demikian juga kalo pria berkomunikasi dengan wanita. Karena terlalu to the point, pria seringkali menyakiti hati si wanita. Istilahnya, ngomongnya ga disaring dulu.
"Eh,neng...kamu gendutan deh. Jadi lucu imut dan chubby gitu" kata si pria.
"Ih, kamu ngeledek aku yah? Huh pergi sanah! Aku benci kamu! Jangan datang lagi ke hidupku!" (Oke, ini lebay)
Padahal, maksud si pria itu jelas ingin memuji si wanita.

Haaah, susah yah...

Kata Bu Cheris lagi nih...perbedaan makna bahasa ini didasarkan pada 3 asumsi (aku pake bahasa awam. Jadi tolong cari edisi aslinya yah... di buku Pengantar Teori Ilmu Komunikasi dari West & Turner) :
1. Bahasa pria dan wanita itu berbeda karena pembagian pekerjaan.
2. Karena bahasa pria itu dominan, maka sistem, budaya, nilai, cara-cara mereka jg jadi dominan.
3. Supaya wanita bisa bergaul di lingkungannya, maka wanita harus menerjemahkan bahasanya ke dalam bahasa dominan.


Asumsi 1.
Jadi, lingkungan pekerjaanlah yg mempengaruhi cara komunikasi serta pola pikir seseorang. Contohnya aja yah...
Tentara kalo komunikasi dengan rekannya di medan perang.
Tentara 1: "Kancil 1, Kancil 1, pertahanan di sana lengang. Menunggu perintah untuk menyerang. Ganti."
Tentara 2: "Oke, Kancil 1, siap menyerang"
Tegas dan to the point.

Ga kebayang kalo kayak gini...

Tentara 1: "Kancil 1, Kancil 1, pertahanan di sana lengang. Menunggu peritah untuk menyerang. Ganti."
Tentara 2: " jiah, sejak kapan nama lu pada jd Kancil? Bukannya nama lu Jambrong ya?"
Tentara 1: "ssst,..jangan buka2 rahasia dong ah!"

*JDAAAAR!!* (markas mereka dibom musuh)

Jendral: (dari markas pusat) "LU LU PADA NGERUMPI DULU SIH AH!!! JADI AJA MELEDAK KAAAN??"

Jadi, lingkungan militer ini mengharuskan tentara2nya untuk bersikap tegas (report talk). Hal ini mpe kebawa di kehidupan sehari2. Jika ini terus2an diaplikasikan di kehidupan nyata, maka sistem komunikasi ini menjadi sistem yg dominan. Hal ini jg berlaku di semua ranah pekerjaan.


Asumsi 2.
Contohnya dari tentara lg.
Berarti ga cuma cara komunikasinya aja yg dominan, tetapi pola hidup yg militeristik, disiplin, tegas juga jadi dominan. Ini ranahnya luaaaas banget. Bisa sampai ke budaya. Jika budaya kita adalah budaya yg suka buang sampah sembarangan, berarti budaya kotorlah yg dominan di kita. Aiiih...ngerti kan kita lg nyinggung siapa di sini?


Asumsi 3.
Inilah yg harus kita lakukan supaya bisa ngebaur di lingkungan baru. Contohnya, supaya kita bisa awet ama pasangan kita, ato lg pdkt ama pujaan kita, kita kan biasanya mempelajari apa sukaanya, dia gaulnya gimana, cara ngomong ama dia gimana, cari tau temen2nya gimana, de es te. Intinya, kita belajar untuk "menjadi" dia. Supaya kita ga kehilangan diri sendiri, jangan berubah 100% menjadi dia. Cukup mengerti pola pikirnya, mengerti cara bicaranya. Orang juga males ngeliat yg pura2.


Nah, keren kaaaan... semoga dapat menjelaskan. Cakupan teori ini luaaaaaaaaaaaaasss banget. Dominan itu ga berarti cm pria, tapi bisa siapa saja pihak2 yg punya kuasa atau dominan terhadap komunikasi maupun sistemnya.



Intinya, ini tentang bagaimana kita memahami lingkungan baru kita, membaur, dan menyikapinya dengan feedback yg tepat.

Bisa juga dipake untuk menganalisis pasangan kita loh..
Khukhukhu...

Udah ah! Jadi ngalor ngidul lama2...


0 comments:

Post a Comment