Seandainya Semua Pria di Dunia Ini Seperti Wawaw

Sunday, April 13, 2014


Dialah Wawaw.
Dia cuma seekor kucing jantan. Dia bukan peliharaan saya, tapi kucing kampung yang biasa datang ke rumah saya untuk minta makan.
Awal pertemuan saya dengan Wawaw memang tidak enak. Tetapi kenapa sampai sekarang saya masih betah memberi dia makan dan malah, sekarang jadi kangen kalau dia ga datang?

Begini ceritanya.

Di suatu siang beberapa bulan yang lalu, seekor kucing jantan tiba-tiba namplok ke atas meja makan saya untuk mencuri makanan. Saya pun mengusirnya.
Keesokan harinya dia datang lagi, saya usir lagi. Dan teruuuus begitu sampai beberapa hari.

Karena jengah, ibu saya berinisiatif memberinya makanan kucing dan susu supaya dia tidak mencuri makanan kami.
Diberilah si kucing itu makan. Makanlah dia dengan lahapnya, bahkan gelas susunya dijilat hingga tandas.
Hingga pada suatu hari, si kucing ini teruuuuus meminta makan, padahal baru saya beri makan beberapa jam sebelumnya. Diusir pun dia memaksa masuk, bahkan ia sampai mendesis ke saya ketika saya usir. Cakarnya sampai mencengkram karpet sofa, otot-ototnya pun sampai bergetar untuk melawan tenaga saya.
Ketika sampai di ujung pintu keluar, si kucing ini pun mengalah. Tetapi apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya terharu dan.....ehem, kagum.
Dari balik jendela pintu, saya melihat si kucing ini menjilat-jilat kepala kucing lain, yang sepertinya adalah betina. Betina itu terlihat kurus dan lunglai.
Mereka saling mengobrol melalui bunyi 'kurrr kurr' ala kucing.
Setelah agak lama mengobrol, pasangan kucing itu berjalan keluar. Sebelum jalan keluar, si kucing jantan kembali menjilat kepala betinanya.

Betina itu mungkin istrinya.
Ada prasaan janggal antara saya dengan pasangan kucing ini.
Mereka hanya kucing, tetapi kenapa begitu saling menyayangi?
Kok bisa ya?

Langsung saya berlari lagi ke dalam, mengambilkan makanan dan susu tambahan.
"Puss...puss! Wawwaaaww...wawaaaw....ck ck ck ck" panggil saya kepada kucing-kucing itu secara spontan. Kedua kucing itu pun menghampiri saya. Si istri kucing langsung makan dengan lahapnya, si jantan hanya diam di sebelahnya sambil memperhatikan istrinya makan.
Terharu dengan sifat jantannya, saya mengusap-usap kepala si jantan.
"Ternyata, kamu minta untuk istri kamu yah?"

Dan sejak itu, kedua pasangan itu sering datang ke rumah.
Sejak saat itu pula, saya menamai si jantan sebagai "Wawaw", karena kalau musim kawin bunyi kucing ini berisik sekali, "wawwwaaaaaw....wawaaaaww...wawaaaw" begitu.
Dan saya memanggil si istri sebagai "Emak". Dia menurut saya tidak punya tampang yang membuat kita mau memungutnya, aneh sekali. Tetapi, si Wawaw ini sangat menyayanginya. Dan tahu tidak, si Wawaw ini setia dengan satu pasangan.
Ajaib.



Nah, ini dia si Emak.

Sampai suatu hari, si Emak ini hamil dan melahirkan 3 anak.
Berbeda dengan indung kucing lain, Emak ini selalu mengawal anaknya kemana-mana. Seperti layaknya kita, Emak ini sering mengoceh, menghardik, menyayangi, dan mengasihi anaknya. Ia hapal dengan anaknya.
Begitu juga dengan Wawaw, dia hapal dengan semua anak-anaknya. Ia juga ikut mengurus anaknya.

Ada cerita lucu, pernah suatu kali Wawaw ini mengajari anaknya untuk menangkap ikan lele di kolam rumah saya. Si Wawaw sudah ada di tepian tembok yang tinggi, siap untuk terjun ke kolam lele. Sementara anak-anaknya memperhatikan di dari pinggir kolam di bawahnya.
Sepertinya kalau bisa bicara, si Wawaw ini bicara begini,
"Tingalikeun Bapa nya, yeuh lamun ngala lauk teh carana kieu,"

BYUR!! Si Wawaw terjun ke kolam dan menyelam. Tak lama kemudian, Wawaw muncul ke permukaan sambil mengapit seekor lele yang menggelepar di mulutnya. Si lele itu kemudian diberikan ke anak dan istrinya, sementara Wawaw sendiri makan makanan dari ibu saya.
Ternyata inilah contoh bagaimana seorang kepala rumah tangga dalam menafkahi keluarganya.


Sungguh aneh rasanya melihat pemandangan ini dari keluarga kucing. Sementara saya melihat kenyataan, banyak sekali pria-pria yang ketakutan tidak bisa bertanggung jawab kepada keluarganya. Atau bahkan kabur setelah dimintai pertanggung jawaban dari calonnya.

Kasarnya, kucing aja berani, masa lu kagak!?

Selain itu, banyak di antara pria-pria yang saya amati enggan untuk menunjukan kasih sayangnya kepada orang yang dikasihi. Jarang sekali, yang mau berkorban, mau menyayangi, mau susah.

Kucing aja bisa, masa lu kagak?!

Semoga saya dipertemukan oleh orang yang (sifatnya) seperti Wawaw ini.

Hendaknya kita mencontoh dari keluarga kucing ini tentang bagaimana menjadi keluarga yang siaga. Karena berapapun susahnya hidup, jika karena kasih sayang, pasti bisa melaluinya.

Semoga para pria di dunia ini mencontoh sifat jantannya si Wawaw ini, serta para wanita juga bisa meneladani sifat kasih sayangnya ini.



0 comments:

Post a Comment