Seandainya Semua Pria di Dunia Ini Seperti Wawaw
Sunday, April 13, 2014
Dijieun ku Nessa Suzan at 11:32 AMDialah Wawaw.
Dia cuma seekor kucing jantan. Dia bukan peliharaan saya, tapi kucing kampung yang biasa datang ke rumah saya untuk minta makan.
Awal pertemuan saya dengan Wawaw memang tidak enak. Tetapi kenapa sampai sekarang saya masih betah memberi dia makan dan malah, sekarang jadi kangen kalau dia ga datang?
Begini ceritanya.
Di suatu siang beberapa bulan yang lalu, seekor kucing jantan tiba-tiba namplok ke atas meja makan saya untuk mencuri makanan. Saya pun mengusirnya.
Keesokan harinya dia datang lagi, saya usir lagi. Dan teruuuus begitu sampai beberapa hari.
Karena jengah, ibu saya berinisiatif memberinya makanan kucing dan susu supaya dia tidak mencuri makanan kami.
Diberilah si kucing itu makan. Makanlah dia dengan lahapnya, bahkan gelas susunya dijilat hingga tandas.
Hingga pada suatu hari, si kucing ini teruuuuus meminta makan, padahal baru saya beri makan beberapa jam sebelumnya. Diusir pun dia memaksa masuk, bahkan ia sampai mendesis ke saya ketika saya usir. Cakarnya sampai mencengkram karpet sofa, otot-ototnya pun sampai bergetar untuk melawan tenaga saya.
Ketika sampai di ujung pintu keluar, si kucing ini pun mengalah. Tetapi apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya terharu dan.....ehem, kagum.
Dari balik jendela pintu, saya melihat si kucing ini menjilat-jilat kepala kucing lain, yang sepertinya adalah betina. Betina itu terlihat kurus dan lunglai.
Mereka saling mengobrol melalui bunyi 'kurrr kurr' ala kucing.
Setelah agak lama mengobrol, pasangan kucing itu berjalan keluar. Sebelum jalan keluar, si kucing jantan kembali menjilat kepala betinanya.
Betina itu mungkin istrinya.
Ada prasaan janggal antara saya dengan pasangan kucing ini.
Mereka hanya kucing, tetapi kenapa begitu saling menyayangi?
Kok bisa ya?
Langsung saya berlari lagi ke dalam, mengambilkan makanan dan susu tambahan.
"Puss...puss! Wawwaaaww...wawaaaw....ck ck ck ck" panggil saya kepada kucing-kucing itu secara spontan. Kedua kucing itu pun menghampiri saya. Si istri kucing langsung makan dengan lahapnya, si jantan hanya diam di sebelahnya sambil memperhatikan istrinya makan.
Terharu dengan sifat jantannya, saya mengusap-usap kepala si jantan.
"Ternyata, kamu minta untuk istri kamu yah?"
Dan sejak itu, kedua pasangan itu sering datang ke rumah.
Sejak saat itu pula, saya menamai si jantan sebagai "Wawaw", karena kalau musim kawin bunyi kucing ini berisik sekali, "wawwwaaaaaw....wawaaaaww...wawaaaw" begitu.
Dan saya memanggil si istri sebagai "Emak". Dia menurut saya tidak punya tampang yang membuat kita mau memungutnya, aneh sekali. Tetapi, si Wawaw ini sangat menyayanginya. Dan tahu tidak, si Wawaw ini setia dengan satu pasangan.
Ajaib.
Nah, ini dia si Emak.
Sampai suatu hari, si Emak ini hamil dan melahirkan 3 anak.
Berbeda dengan indung kucing lain, Emak ini selalu mengawal anaknya kemana-mana. Seperti layaknya kita, Emak ini sering mengoceh, menghardik, menyayangi, dan mengasihi anaknya. Ia hapal dengan anaknya.
Begitu juga dengan Wawaw, dia hapal dengan semua anak-anaknya. Ia juga ikut mengurus anaknya.
Ada cerita lucu, pernah suatu kali Wawaw ini mengajari anaknya untuk menangkap ikan lele di kolam rumah saya. Si Wawaw sudah ada di tepian tembok yang tinggi, siap untuk terjun ke kolam lele. Sementara anak-anaknya memperhatikan di dari pinggir kolam di bawahnya.
Sepertinya kalau bisa bicara, si Wawaw ini bicara begini,
"Tingalikeun Bapa nya, yeuh lamun ngala lauk teh carana kieu,"
BYUR!! Si Wawaw terjun ke kolam dan menyelam. Tak lama kemudian, Wawaw muncul ke permukaan sambil mengapit seekor lele yang menggelepar di mulutnya. Si lele itu kemudian diberikan ke anak dan istrinya, sementara Wawaw sendiri makan makanan dari ibu saya.
Ternyata inilah contoh bagaimana seorang kepala rumah tangga dalam menafkahi keluarganya.
Sungguh aneh rasanya melihat pemandangan ini dari keluarga kucing. Sementara saya melihat kenyataan, banyak sekali pria-pria yang ketakutan tidak bisa bertanggung jawab kepada keluarganya. Atau bahkan kabur setelah dimintai pertanggung jawaban dari calonnya.
Kasarnya, kucing aja berani, masa lu kagak!?
Selain itu, banyak di antara pria-pria yang saya amati enggan untuk menunjukan kasih sayangnya kepada orang yang dikasihi. Jarang sekali, yang mau berkorban, mau menyayangi, mau susah.
Kucing aja bisa, masa lu kagak?!
Semoga saya dipertemukan oleh orang yang (sifatnya) seperti Wawaw ini.
Hendaknya kita mencontoh dari keluarga kucing ini tentang bagaimana menjadi keluarga yang siaga. Karena berapapun susahnya hidup, jika karena kasih sayang, pasti bisa melaluinya.
Semoga para pria di dunia ini mencontoh sifat jantannya si Wawaw ini, serta para wanita juga bisa meneladani sifat kasih sayangnya ini.
Tingkat kekerenan Teori Kelompok Bungkam (Muted Group Theory)
Saturday, April 12, 2014
Dijieun ku Nessa Suzan at 11:03 PM
Gw baru nyadar kalo ternyata Muted Group Theory-nya Cheris Kramarae ini keren dan aplikatif banget!
Katanya, wanita sering menerjemahkan bahasa pria (atau bahasa dominan lainnya) ke dalam bahasanya sendiri, yang seringkali maknanya jd jauh berbeda.
Bahasa pria itu namanya "report talk", yaitu..kayak tentara aja..kan suka ngelapor gitu kan ke atasannya "lapor,wc sudah dibersihkan. Laporan selesai!" To the point, maksudnya jelas, mereka ngomong A ya pasti artinya A.
Nah, kalo wanita itu namanya "raport talk". Inget aja klo pembagian rapor SD, suka ada komen2 dr gurunya kan? Komen itu tujuannya untuk menambah interaksi dengan oerang tua murid. Perempuan jg begitu! Bahasa perempuan itu ada maksud untuk menambah keakraban. Basa-basi gitu laaah...biar dekeeet. Suka pakai pengandaian, metafora, ga to the point, sering kehalang ama gengsi,maksudnya ngomong A tp yg diomonginnya B.
Permasalahannya, pria tuh orangnya ga ngerti apa itu basa-basi wanita! Klo wanita ngomong B, ya pria memahaminya sebagai B. Pria mana mau susah-susah ngartiin kata-kata wanita. Ini sering banget membuat wanita salah paham. Wanita sering punya maksud ngomong A, berharap si pria itu jeli dan melakukan B utuk si wanita. Alhasil, jika pria gagal mengerti maksudnya wanita, wanitanya yg ngambek.
"Udah ini kita kemana, sayang?" Rayu si wanita
"Kemana yah? Love hotel aja gimana?" Jawab si pria dengan jujur.
*BLETAK* (kepala si pria digetok palu)
'Gua kan laper! Udah malem gini ga dikasi makan! Kira2 dong kalo ngajak!' Cerca si wanita, dalam hati.
Demikian juga kalo pria berkomunikasi dengan wanita. Karena terlalu to the point, pria seringkali menyakiti hati si wanita. Istilahnya, ngomongnya ga disaring dulu.
"Eh,neng...kamu gendutan deh. Jadi lucu imut dan chubby gitu" kata si pria.
"Ih, kamu ngeledek aku yah? Huh pergi sanah! Aku benci kamu! Jangan datang lagi ke hidupku!" (Oke, ini lebay)
Padahal, maksud si pria itu jelas ingin memuji si wanita.
Haaah, susah yah...
Kata Bu Cheris lagi nih...perbedaan makna bahasa ini didasarkan pada 3 asumsi (aku pake bahasa awam. Jadi tolong cari edisi aslinya yah... di buku Pengantar Teori Ilmu Komunikasi dari West & Turner) :
1. Bahasa pria dan wanita itu berbeda karena pembagian pekerjaan.
2. Karena bahasa pria itu dominan, maka sistem, budaya, nilai, cara-cara mereka jg jadi dominan.
3. Supaya wanita bisa bergaul di lingkungannya, maka wanita harus menerjemahkan bahasanya ke dalam bahasa dominan.
Asumsi 1.
Jadi, lingkungan pekerjaanlah yg mempengaruhi cara komunikasi serta pola pikir seseorang. Contohnya aja yah...
Tentara kalo komunikasi dengan rekannya di medan perang.
Tentara 1: "Kancil 1, Kancil 1, pertahanan di sana lengang. Menunggu perintah untuk menyerang. Ganti."
Tentara 2: "Oke, Kancil 1, siap menyerang"
Tegas dan to the point.
Ga kebayang kalo kayak gini...
Tentara 1: "Kancil 1, Kancil 1, pertahanan di sana lengang. Menunggu peritah untuk menyerang. Ganti."
Tentara 2: " jiah, sejak kapan nama lu pada jd Kancil? Bukannya nama lu Jambrong ya?"
Tentara 1: "ssst,..jangan buka2 rahasia dong ah!"
*JDAAAAR!!* (markas mereka dibom musuh)
Jendral: (dari markas pusat) "LU LU PADA NGERUMPI DULU SIH AH!!! JADI AJA MELEDAK KAAAN??"
Jadi, lingkungan militer ini mengharuskan tentara2nya untuk bersikap tegas (report talk). Hal ini mpe kebawa di kehidupan sehari2. Jika ini terus2an diaplikasikan di kehidupan nyata, maka sistem komunikasi ini menjadi sistem yg dominan. Hal ini jg berlaku di semua ranah pekerjaan.
Asumsi 2.
Contohnya dari tentara lg.
Berarti ga cuma cara komunikasinya aja yg dominan, tetapi pola hidup yg militeristik, disiplin, tegas juga jadi dominan. Ini ranahnya luaaaas banget. Bisa sampai ke budaya. Jika budaya kita adalah budaya yg suka buang sampah sembarangan, berarti budaya kotorlah yg dominan di kita. Aiiih...ngerti kan kita lg nyinggung siapa di sini?
Asumsi 3.
Inilah yg harus kita lakukan supaya bisa ngebaur di lingkungan baru. Contohnya, supaya kita bisa awet ama pasangan kita, ato lg pdkt ama pujaan kita, kita kan biasanya mempelajari apa sukaanya, dia gaulnya gimana, cara ngomong ama dia gimana, cari tau temen2nya gimana, de es te. Intinya, kita belajar untuk "menjadi" dia. Supaya kita ga kehilangan diri sendiri, jangan berubah 100% menjadi dia. Cukup mengerti pola pikirnya, mengerti cara bicaranya. Orang juga males ngeliat yg pura2.
Nah, keren kaaaan... semoga dapat menjelaskan. Cakupan teori ini luaaaaaaaaaaaaasss banget. Dominan itu ga berarti cm pria, tapi bisa siapa saja pihak2 yg punya kuasa atau dominan terhadap komunikasi maupun sistemnya.
Intinya, ini tentang bagaimana kita memahami lingkungan baru kita, membaur, dan menyikapinya dengan feedback yg tepat.
Bisa juga dipake untuk menganalisis pasangan kita loh..
Khukhukhu...
Udah ah! Jadi ngalor ngidul lama2...
Katanya, wanita sering menerjemahkan bahasa pria (atau bahasa dominan lainnya) ke dalam bahasanya sendiri, yang seringkali maknanya jd jauh berbeda.
Bahasa pria itu namanya "report talk", yaitu..kayak tentara aja..kan suka ngelapor gitu kan ke atasannya "lapor,wc sudah dibersihkan. Laporan selesai!" To the point, maksudnya jelas, mereka ngomong A ya pasti artinya A.
Nah, kalo wanita itu namanya "raport talk". Inget aja klo pembagian rapor SD, suka ada komen2 dr gurunya kan? Komen itu tujuannya untuk menambah interaksi dengan oerang tua murid. Perempuan jg begitu! Bahasa perempuan itu ada maksud untuk menambah keakraban. Basa-basi gitu laaah...biar dekeeet. Suka pakai pengandaian, metafora, ga to the point, sering kehalang ama gengsi,maksudnya ngomong A tp yg diomonginnya B.
Permasalahannya, pria tuh orangnya ga ngerti apa itu basa-basi wanita! Klo wanita ngomong B, ya pria memahaminya sebagai B. Pria mana mau susah-susah ngartiin kata-kata wanita. Ini sering banget membuat wanita salah paham. Wanita sering punya maksud ngomong A, berharap si pria itu jeli dan melakukan B utuk si wanita. Alhasil, jika pria gagal mengerti maksudnya wanita, wanitanya yg ngambek.
"Udah ini kita kemana, sayang?" Rayu si wanita
"Kemana yah? Love hotel aja gimana?" Jawab si pria dengan jujur.
*BLETAK* (kepala si pria digetok palu)
'Gua kan laper! Udah malem gini ga dikasi makan! Kira2 dong kalo ngajak!' Cerca si wanita, dalam hati.
Demikian juga kalo pria berkomunikasi dengan wanita. Karena terlalu to the point, pria seringkali menyakiti hati si wanita. Istilahnya, ngomongnya ga disaring dulu.
"Eh,neng...kamu gendutan deh. Jadi lucu imut dan chubby gitu" kata si pria.
"Ih, kamu ngeledek aku yah? Huh pergi sanah! Aku benci kamu! Jangan datang lagi ke hidupku!" (Oke, ini lebay)
Padahal, maksud si pria itu jelas ingin memuji si wanita.
Haaah, susah yah...
Kata Bu Cheris lagi nih...perbedaan makna bahasa ini didasarkan pada 3 asumsi (aku pake bahasa awam. Jadi tolong cari edisi aslinya yah... di buku Pengantar Teori Ilmu Komunikasi dari West & Turner) :
1. Bahasa pria dan wanita itu berbeda karena pembagian pekerjaan.
2. Karena bahasa pria itu dominan, maka sistem, budaya, nilai, cara-cara mereka jg jadi dominan.
3. Supaya wanita bisa bergaul di lingkungannya, maka wanita harus menerjemahkan bahasanya ke dalam bahasa dominan.
Asumsi 1.
Jadi, lingkungan pekerjaanlah yg mempengaruhi cara komunikasi serta pola pikir seseorang. Contohnya aja yah...
Tentara kalo komunikasi dengan rekannya di medan perang.
Tentara 1: "Kancil 1, Kancil 1, pertahanan di sana lengang. Menunggu perintah untuk menyerang. Ganti."
Tentara 2: "Oke, Kancil 1, siap menyerang"
Tegas dan to the point.
Ga kebayang kalo kayak gini...
Tentara 1: "Kancil 1, Kancil 1, pertahanan di sana lengang. Menunggu peritah untuk menyerang. Ganti."
Tentara 2: " jiah, sejak kapan nama lu pada jd Kancil? Bukannya nama lu Jambrong ya?"
Tentara 1: "ssst,..jangan buka2 rahasia dong ah!"
*JDAAAAR!!* (markas mereka dibom musuh)
Jendral: (dari markas pusat) "LU LU PADA NGERUMPI DULU SIH AH!!! JADI AJA MELEDAK KAAAN??"
Jadi, lingkungan militer ini mengharuskan tentara2nya untuk bersikap tegas (report talk). Hal ini mpe kebawa di kehidupan sehari2. Jika ini terus2an diaplikasikan di kehidupan nyata, maka sistem komunikasi ini menjadi sistem yg dominan. Hal ini jg berlaku di semua ranah pekerjaan.
Asumsi 2.
Contohnya dari tentara lg.
Berarti ga cuma cara komunikasinya aja yg dominan, tetapi pola hidup yg militeristik, disiplin, tegas juga jadi dominan. Ini ranahnya luaaaas banget. Bisa sampai ke budaya. Jika budaya kita adalah budaya yg suka buang sampah sembarangan, berarti budaya kotorlah yg dominan di kita. Aiiih...ngerti kan kita lg nyinggung siapa di sini?
Asumsi 3.
Inilah yg harus kita lakukan supaya bisa ngebaur di lingkungan baru. Contohnya, supaya kita bisa awet ama pasangan kita, ato lg pdkt ama pujaan kita, kita kan biasanya mempelajari apa sukaanya, dia gaulnya gimana, cara ngomong ama dia gimana, cari tau temen2nya gimana, de es te. Intinya, kita belajar untuk "menjadi" dia. Supaya kita ga kehilangan diri sendiri, jangan berubah 100% menjadi dia. Cukup mengerti pola pikirnya, mengerti cara bicaranya. Orang juga males ngeliat yg pura2.
Nah, keren kaaaan... semoga dapat menjelaskan. Cakupan teori ini luaaaaaaaaaaaaasss banget. Dominan itu ga berarti cm pria, tapi bisa siapa saja pihak2 yg punya kuasa atau dominan terhadap komunikasi maupun sistemnya.
Intinya, ini tentang bagaimana kita memahami lingkungan baru kita, membaur, dan menyikapinya dengan feedback yg tepat.
Bisa juga dipake untuk menganalisis pasangan kita loh..
Khukhukhu...
Udah ah! Jadi ngalor ngidul lama2...
Subscribe to:
Comments (Atom)




